PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE PADA RESIN POLYESTER BTQN 157 DAN LAMANYA PERENDAMAN LARUTAN NAOH TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING PADA KOMPOSIT SERAT POHON WARU

Komposit merupakan material hasil rekayasa dari dua atau lebih bahan berbeda yang memiliki keunggulan masing-masing. Serat kulit pohon waru (Hibiscus tiliaceus) memiliki potensi besar sebagai penguat alami dalam komposit, terutama setelah mengalami perlakuan alkali. Selain itu, molase sebagai produk sampingan industri gula, memiliki karakteristik adhesif yang baik dan berpotensi meningkatkan sifat mekanik dan termal komposit jika digunakan sebagai aditif dalam resin. Namun, penggunaan kombinasi antara serat waru dan molase dalam resin polyester masih jarang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan molase pada resin polyester BTQN 157 dalam tiga variasi (3%, 5%, dan 7%), serta pengaruh durasi perendaman serat dalam larutan NaOH 6% (selama 1 jam, 2 jam, dan 3 jam) terhadap kekuatan tarik dan lentur (bending) komposit. Proses pembuatan spesimen menggunakan metode resin vacuum infusion, kemudian diuji berdasarkan standar ASTM D638 (untuk tarik) dan ASTM D790 (untuk bending) dengan pendekatan eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik tertinggi sebesar 42,5 MPa diperoleh pada komposisi 15% serat, 82% resin, dan 3% molase dengan perendaman 1 jam. Sementara itu, kekuatan bending tertinggi mencapai 67,7 MPa pada komposisi 15% serat, 80% resin, dan 5% molase setelah perendaman selama 2 jam. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan molase dan waktu perendaman memberikan pengaruh signifikan terhadap kekuatan mekanik komposit.
Kata kunci : Komposit, NaOH, Molase, Tarik, Bending